Thursday, February 5, 2009

Bertindaklah, Saat Kini di Sini!

Saya suka membaca blog teman-teman yang tergabung dalam TDA. Tema-tema yang diangkat seputar bertindak, Action. Ini upaya menguatkan proses belajar saya, mempercepat langkah saya, dan mendorong diri ketika motor dalam jiwa lagi mogok. Saya tidak melihat besar kecilnya tindakan yang dilakukan. Saya justru kagum pada mereka yang tetap bergerak, tetap melangkah, sekecil apapun langkah yang diayun.

Dari blog teman-teman ini saya banyak belajar. Misalnya, kenapa seringkali di kepala banyak ide tetapi tak terealisasi. Jawaban yang saya dapatkan adalah ketika tidak juga segera action ternyata saya ingin bertindak, tetapi saya tidak bertindak pada saat ini. Dan saya juga ingin bertindak tetapi tidak dari tempat saya berada pada saat ini.

Barangkali ini juga yang terjadi pada banyak orang. Seperti hasil survey-onlinenya Mas Wuryanano . Ketika ditanyakan kepada responden apa pendapatnya tentang memulai bisnis sendiri? 64% dari 600 responden mensyaratkan harus punya dana besar, dan 26% mensyaratkan harus punya keberanian. Tidak ada yang menyatakan langsung berani memulai bisnis di manapun posisinya saat ini.

Saya suka tulisan serinya Mas Hadi Kuntoro, mulai dari yang kecil mulai dari yang mudah. Intinya, mulailah. Kapan pun dan di mana pun Anda berada saat ini. Mulailah sekarang.

Karena tanpa memulai, sesuatu tidak akan Anda terima. Melalui pikiran, hal yang Anda inginkan didatangkan kepada Anda. Dan dengan tindakan, Anda menerimanya, demikian tulis Wallace D. Wattles.

Apapun tindakan yang perlu Anda lakukan, jelas bahwa Anda harus bertindak di saat ini. Anda tidak bisa bertindak di masa lalu. Sangatlah penting bagi kejelasan visi mental Anda bahwa Anda menyingkirkan masa lalu dari benak. Anda tidak dapat bertindak di masa depan karena masa depan belum ada di sini. Dan Anda tidak dapat mengatakan bagaimana Anda ingin bertindak di masa depan sampai saat itu tiba.

Hanya karena Anda tidak berada di bisnis yang tepat atau lingkungan yang benar saat ini, jangan berpikir bahwa Anda harus menunda tindakan sampai Anda memasuki bisnis atau lingkungan yang benar. Dan jangan menghabiskan waktu di saat ini untuk merencanakan tindakan terbaik di masa depan. Miliki keyakinan pada kemampuan Anda untuk menghadapi setiap keadaan ketika mereka tiba.

Jika Anda betindak di masa kini dengan pikiran berada di masa depan, tindakan saat kini itu akan dilakukan dengan pikiran yang terbagi dan tidak akan efektif. Curahkan seluruh akal Anda ke tindakan masa kini.

Jangan hanya membuat visi dan rencana lalu duduk dan menunggu hasil, jika Anda melakukan ini, Anda tidak akan pernah mendapatkannya. Bertindaklah sekarang. Tidak pernah ada waktu lain kecuali sekarang, dan tidak akan ada waktu lain kecuali sekarang. Jika Anda ingin bersiap menerima apa yang Anda inginkan, Anda harus mulai bertindak sekarang .

Tindakan Anda haruslah di dalam bisnis atau pekerjaan yang ada sekarang dan harus kepada orang-orang dan hal-hal di lingkungan yang ada sekarang ini.

Anda tidak dapat bertindak di mana Anda tidak ada. Anda tidak dapat bertindak di mana Anda pernah ada, dan Anda tidak dapat bertindak di mana Anda akan pergi. Anda hanya dapat bertindak di mana Anda berada.

Jangan berkutat pada apakah pekerjaan hari kemarin sudah dilakukan dengan baik atau buruk. Lakukan pekerjaan hari ini dengan baik.

Jangan mencoba melakukan pekerjaan esok pada hari ini. Akan ada banyak waktu untuk melakukannya ketika hari esok datang.

Jangan mencoba bertindak kepada orang atau benda yang berada di luar jangkauan Anda.

Jangan menunggu perubahan lingkungan sebelum Anda bertindak. Timbulkan perubahan lingkungan melalui tindakan. Anda dapat bertindak pada lingkungan yang ada, yang akan menyebabkan Anda berpindah ke lingkungan yang lebih baik.

Just duit. Ehh..eh.. Just do it.

[+/-] Selengkapnya...

Wednesday, February 4, 2009

Mengapa Banyak Orang yang Tahu Tapi Tidak Melakukan?

Seseorang yang bijak datang ke sebuah desa dan menetap di sana untuk memberikan pencerahan. Ketika ia berceramah, orang-orang desa berduyun-duyun datang memenuhi balai desa untuk mendengarkannya. Ceramahnya sangat menarik dan membuat orang-orang tercerahkan. Karena itu, mereka selalu tak sabar menunggu datangnya minggu-minggu berikutnya. Namun, penduduk kemudian menemukan fakta: orang bijak ini ternyata selalu menyampaikan ceramah yang sama. Mereka pun curiga bahwa orang ini sebenarnya seorang penipu yang hanya mengetahui satu ceramah.

Tak dapat lagi menahan kesabaran, penduduk desa beramai-ramai mendatangi orang bijak ini dan bertanya, “Tak dapatkah Anda menyampaikan ceramah yang lain?” Ditanya demikian, orang bijak hanya tersenyum. “Saya belum melihat Anda melakukan apa yang saya sampaikan dalam ceramah pertama,” katanya. “Jadi, mengapa saya harus membebani Anda dengan hal yang lain?”

Apa yang dikatakan orang bijak tersebut sebetulnya sering kita alami. Banyak di antara kita yang kerap merasa cukup hanya dengan mengetahui sesuatu. Kita membaca banyak buku, mengikuti berbagai diskusi, menghadiri berbagai pelatihan. Namun, perilaku kita tidak juga berubah. Kita tidak melakukan apa-apa. Kebiasaan lama yang tidak efektif masih terus kita jalankan. Ini tentu saja sebuah pemborosan biaya yang tidak sedikit.

Fakta ini sering dilupakan orang : mengetahui tidak akan pernah membawa perubahan. Mengetahui tidak akan mengubah nasib Anda. Yang akan mengubah nasib adalah melakukan! Namun mengapa banyak orang yang tahu, tapi tidak melakukan apa-apa?
Ada tiga hal yang menjadi penyebabnya. Pertama, karena mengetahui sering memberikan sensasi hebat. Ketika mengetahui sesuatu, Anda merasa berada di atas kebanyakan orang. Mengetahui menimbulkan kebanggaan tersendiri. Inilah yang sering disebut sebagai “Ilusi Pengetahuan”. Ilusi ini berbunyi: kita sudah berubah hanya dengan mengetahui.

Mengetahui memang sering memberikan jebakan tersendiri berupa perasaan aman dan nyaman. Dengan mengetahui kita menjadi lebih percaya diri karena merasa siap menghadapi segala masalah.

Bahkan, sekadar mengumpulkan buku yang tak pernah sempat kita baca mampu memunculkan ilusi ini.

Kedua, orang tidak melakukan apa yang mereka ketahui karena mereka tidak memiliki alasan untuk melakukannya. Bukankah ketika kita sehat kita tidak punya alasan yang kuat untuk berolah raga? Bukankah ketika perusahaan sedang naik daun kita merasa tidak perlu melakukan perubahan? Ini disebut “Ilusi Perubahan” yang mengatakan bahwa satu-satunya alasan yang masuk akal untuk perubahan adalah ketika terjadi krisis. Padahal, perubahan yang terjadi karena krisis pasti terasa menyakitkan, membutuhkan biaya besar, dan sering sudah terlambat. Bukankah alasan terbaik untuk melakukan perubahan adalah buat mempertahankan posisi yang sudah kita nikmati selama ini? Bukankah perubahan mestinya adalah sesuatu yang kita “haruskan” kepada diri kita sendiri, bukannya menunggu hal itu “diharuskan” oleh situasi, keadaan, pelanggan dan pesaing?

Ketiga, orang tidak melakukan apa yang sudah diketahuinya karena tidak mau meninggalkan zona nyamannya. Apa pun yang biasa kita lakukan memang menciptakan gaya gravitasi yang luar biasa. Karena itu, keinginan menerapkan sesuatu yang baru selalu menciptakan medan pertempuran dalam diri kita. Pertempuran ini sering berjalan tidak seimbang karena kebiasaan lama pasti memiliki gaya tarik yang lebih besar. Belum lagi, ada faktor lingkungan yang juga cukup besar pengaruhnya. Maka, tidak aneh bahwa pertarungan ini akan dengan mudah dimenagi kebiasaan-kebiasaan lama kita.

(Rubrik Pernik Majalah SWA No. 08/XXIV.17-29 April 2008)

[+/-] Selengkapnya...